Penulisan
dan penyampaian hasil ukur
Penulisan dan penyampaian hasil ukur penting untuk kita
pahami karena berpengaruh dalam makna suatu data yang berimbas dalam hasil dan
pemahaman. Contoh suatu data hasil pengukuran dapat tidak data dismpulkan
(hasil ukur sia-sia),;ketidak cocokan nilai terbaik dengan ralat; dan lain
sebagainya. Untuk mengurangi kesalahan dalam penyampaian hasil ukur maka perlu
kita pelajari cara penulisan dan penyanmpaian hasl ukur yang baik dan benar.
Akurasi dan Presisi.
Didalam
pengukuran fisika terdapat dua hal yang berpengaruh dalam hasil ukur yaitu
keakurasian dan kepresisian hasil ukur. Dua hal tersebut penting untuk dipahami
sebab berpengaruh terhadap baik ,buruknya suatu hasil pengukuran. Suatu
hasil pengukuran dikatakan s baik apabila memiliki
keakurasian dan kepresisisna yang baik
pula. Definisi akurasi dan presisi yaitu:
Akurasi:
Seberapa dekat sebuah
angka (hasil ukur) terhadap nilai sebenarnya, dengan membandingkan angka
tersebut terhadap suatu hasil yang telah diketahui atau diacu
Presisi:
Biasanya diperlihatkan
oleh berapa banyak angka dibelakang koma yang terdapat pada hasil pengukuran
atau dengan kata lain ketelitian hasil pengukuran. Dalam pengukuran fisika
diperlihatkan oleh nilai ketakpastian (ralat).
Contoh :
MENENTUKAN
PANJANG SUATU LOGAM
} Andi
memperoleh hasil ukur sebesar 2,63±0,02 cm.Menggunakan penggars yang sama, Rudy memperoleh hasil ukur
sebesar 2,98±0,02 cm.
◦
Siapa yang lebih akurat?
◦
Siapa yang lebih presisi?
} Diketahui
panjang logam sebenarnya adalah 2,65 cm.
Jika
hasil sebenarnya adalah 2.65 cm, maka:
} Hasil
Andi dapat dikatakan cukup akurat dan sangat presisi, sementara. Hasil rudy
sangat presisi, tetapi tidak begitu akurat. Hal ini mungkin disebabkan karena
kesalahan penggunaan/pembacaan alat uku (penggaris) yang digunakan.
} Jadi
hasil pengukuran antara Andi dan Rudy sama-sama presisi, namun hasil Rudy lebih
akurat karena lebih mendekati hasil sebenarnya. Sehingga hasil pengukuran reza
dapa dikatakan lebih baik daripada hasil pengukuran andi.
CONTOH 2
·
Contoh Pentingnya kepresisisan dan
keakurasian suatu hasil pengukuran
} Suatu
benda A dan B, akan diuji untuk menentukan apakah benda tersebut terbuat dari
emas 18 karat atau Alloy
} Sebagai
acuan diketahui:
◦
ρ emas
= 15,5 gr/cm3
◦
ρ alloy
= 13,8 gr/cm3
} Setelah
pengujian diperoleh data:
A
gr/cm2
|
B
gr/cm2
|
keteranagn
|
15
|
13,9
|
Hasil
terbaik
|
13,5-16,5
|
13,7-14,1
|
Kisaran
nilai
|
} Analisa
} Benda
A (Tidak dapat disimpulkan)
◦
Nilai terbaik A dekat dengan ρ emas
◦
Nilai terbaik A jauh dari ρ alloy
◦
ρ emas
dan ρ alloy
masuk dalam kisaran nilai A
} Benda
B adalah Alloy
◦
Nilai terbaik B dekat dengan ρ Alloy
◦
Nilai terbaik B jauh dari ρ emas
◦
ρ emas
diluar kisaran nilai B
◦
ρ alloy
masuk dalam kisaran nilai A
} Jadi
Ketakpastian memberikan hasil ukur yang lebih nyata. Ketakpastian yang sangat
besar akan memberikan hasil ukur yang sia-sia.
PENULISAN HASIL UKUR
} Langkah-langkah
penulisan hasil ukur:
◦
Tentukan nilai ralatnya
◦
Bulatkan nilai ralatnya sampai angka yang
paling penting saja (satu angka penting).
} Dibulatkan menjadi satu angka
penting sebab angka dalam nilai
ketakpastisan adalah nilai perkiraan sehingga satu angka penting sudah sangat bermakna dan
tidak mugkin dapat memperkirakan angka yang lebih teliti lagi.
◦
Sesuaikan nilai pengamatan terbaik (x)
terhadap nilai ralatnya (∆x) Satuannya sama, Ordenya sama, dan Posisi
ketakpastiannya telah sesuai
Contoh PENULISAN HASIL UKUR
1. X =0,456x10-7 m
∆X =0,765x10-4
m
0,765
m dibulatkan menjadi satu angka penting= 0,8 m
Karena
∆Xdan X sudah dalam satuan yang sama maka
tak perlu dirubah
Karena
orde X dan ∆Xtak
sama maka disamakan ordenya, stelah itu disesuaikan posisi x dan ∆X
Sehingga diperoleh
( x ±∆X)=(
456,0 ± 0,8 )x 10-4 m
2. X =87,6 cm ∆X =5,5 cm
∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
5,5 cm
Karena
∆Xdan X sudah dalam satuan yang sama maka
tak perlu dirubah
Karena
orde X dan ∆
sama maka tinggal menyesuaikan posisi x dan ∆X
Sehingga diperoleh
( X ± ∆X)=( 88 ± 6
) cm
·
Apabila
terdapat tanda negative dalam hasil ukur maka tanda negative ditempatkan diluar
kurung ( x ±∆x),contoh:
3. X =- 3,5 x 10¯ 3
m ∆X =2,1 x10 ¯4 m
∆X dibulatkan menjadi satu angka penting= 2 x10 ¯4 m
Karena
∆Xdan X sudah dalam satuan yang sama maka
tak perlu dirubah
Karena
orde X dan ∆Xtak
sama maka disamakan ordenya dan, stelah itu disesuaikan posisi x dan ∆X
Tanda
negative ditempatkan diluar kurung.
Sehingga diperoleh
( x ±∆x)=-( 35 ± 2) 10¯4
a. Satuannya sama,contoh
·
X
= 45 m ∆X =5 dm
§ ∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
5 dm
§ Karena
∆Xdan X tidak dalam satuan yang sama
maka perlu disubah sehingga X dan
∆Xberada dalam satuan yang sama.
§ Karena
orde X dan ∆Xsudah
sama maka tinggal menyesuaikan posisi x dan ∆X
Sehingga diperoleh
( X ± ∆X)= ( 45,0 ± 0,5 ) m
·
X
=2780 K ∆X=0,20C
§ ∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
0,20C
§ Karena
∆Xdan X tidak dalam satuan yang sama
maka perlu dirubah sehingga nilai X dan ∆Xberada dalam satuan yang sama.
§ Karena
orde X dan ∆Xsudah
sama maka tinggal menyesuaikan posisi x dan ∆X, sehingga diperoleh:
( X ± ∆X) =
(5,0 ± 0,2) 0 c
·
X
=87 kg ∆X =3875 g
§ ∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
4000 g
§ Karena
∆Xdan X tidak dalam satuan yang sama
maka perlu dirubah supaya X dan ∆Xdalam
satuan yang sama.(dalam contoh diubah ke Kg)
§ Karena
orde X dan ∆X
sudah
sama maka tinggal menyesuaikan posisi x dan ∆X, sehingga diperoleh:
( X
± ∆X) = ( 87 ± 4 ) Kg
b. Ordenya sama , contoh
·
X
= 0,486 x 10¯3 Kg ∆X =0,635 x 10¯6 Kg
∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
0,6 x10 ¯6
m
Karena
∆Xdan X sudah dalam satuan yang sama maka
tak perlu dirubah
Karena
orde X dan ∆X
tak
sama maka disamakan ordenya dan, stelah itu disesuaikan posisi x dan ∆X, sehingga meghasilkan:
·
( X
± ∆X) = ( 486,0
±0,6 ) 10¯6 K
·
X
= 3456 x10¯2 g cm∕s ∆X =41 g cm/s
§ ∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
40 g cm/s
§ Karena
∆X dan
X sudah dalam satuan yang sama maka tak perlu dirubah
§ Karena
orde X dan ∆X
tak
sama maka disamakan ordenya dan, stelah itu disesuaikan posisi x dan ∆X, sehingga meghasilkan:
( X ± ∆X)= ( 0,4 ± 0,4 ) 10² g
cm/s
c. Posisi
ketakpastiannya telah sesuai
( x dan ∆Xharus dalam posisi desimal yang sama )
Contoh
1.
X = 423 cm ∆X =0,06 m
§ ∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
0,06 m
§ Karena
∆X dan
X tidak dalam satuan yang sama maka perlu dirubah supaya X dan ∆Xberada dalam satuan sama.
§ Karena
orde X dan ∆X
sudah sama maka tinggal menyesuaikan posisi x dan ∆X, sehingga meghasilkan:
( x ±∆X)= (
4,23 ± 0,06 ) m
2. X = 8,35 kg ∆X =0,0692 kg
§ ∆X dibulatkan menjadi satu angka penting=
0,07 Kg
§ Karena
∆X dan
X sudah dalam satuan yang sama maka tak perlu dirubah
§ Karena
orde X dan ∆X
sudah
sama maka tinggal menyesuaikan posisi x dan ∆X, sehingga meghasilkan:
( x ±∆X) = (
8,4 ± 0,1 ) kg
3. X =3267 x 10-3g cm/s ∆X =40 g cm/s
·
Dengan langkah-langkah yang sama akan meghasilkan:
( x ±∆X) = ( 0 ± 4 )x101 g cm/s
Suatu hasil
pengukuran diatas (ralat lebih besar daripada nilai terbaik) mungkin saja dapat
terjadi akibat kesalahan dalam pengukuran ataupun perhitungn sehingga nilai
ralatnya besar. Untuk dapat memperoleh nilai data yang baik maka sebaiknya
dilakukan perhitungan ulang ataupun pengukuran ulang dengan lebih teliti.
PENYAMPAIAN HASIL UKUR
}
Penulisan (x ± Δx)
memiliki makna » hasil ukur
bernilai antara x + Δx s.d. x – Δx
Contoh : suatu
pengukuran logam , seperti pada gambar:
Menurut pengamatan adi
batang tersebut panjangnya adalah
(7,74 ± 0,01)cm atau
(7,74 ± 0,01)10-2 m.
Jadi
batang tersebut panjangnya dari 7,73 cm sampai 7,75 cm( berkisar dari 7,74 +
0,01 s.d 7,74 - 0,01 ).
} Hasil ukur dapat dinyatakan dalam bentuk
ralat mutlaknya [Δx] » x ± Δx
Contoh : ( 324 ± 2 ) cm
NB: suuatu pengukuran
dapat meghasilkan nilai X dan ∆Xnegative , namun pada penulisan tanda negative
ditempatkan diluar (X ± ∆X).
Contoh: -(18,0±0,3) cm
} Atau hasil ukur juga dapat dinyatakan dalam
bentuk ralat relatifnya (%).
Ralat relatif adalah (Δx/x) ×
100%. Penyampaian hasil ukur dalam KR(kesalahan relatif bertujuan untuk
memudahkan pembacaan hasil ukur, dimana pembaca dapat melihat perbandingan
langsung antara ∆Xterhadap nilai X secara langsung(dalam persen)
Contoh : ( 1000 ± 4% ) Ω
} CONTOH
Akan dicari luas suatu medium . Hasil pengukuran
: panjang p= (24,2 ± 0,1) cm dan lebar l = (19,5 ± 0,1 )
} PENYELESAIANNYA
Luas A = P x L=24,2 x 19,5 = 471,90
cm2
∆A = 3,10788.......cm²
Penyampaian hasil ukur dalam
persen.
} Dilakukan
percobaan mengenai Hukum Ohm.
} Setelah
dilakukan pengukuran Alhasil dperoleh :
(X
± ΔX)=(300 ±3)x 101 Ω
} Bila
dinyatakan dalam KR(kesalahan relatif ) ΔX =(Δx/x)x100%
ΔX =(30/3000)x100%
ΔX =1%
} Jadi (x ±Δx)=(3000 ±1%)Ω
DAFTAR PUSTAKA:
http://besmart.uny.ac.id
http://kajianfisika.wordpress.com/2010/06/29/penulisan-dan-penyampaian-hasil-ukur/
selasa,03 agustus 2010. 12.54.46 AM
http://id.wordpress.com/tag/metode-eksperimen-fisika/
selasa,03 agustus 2010. 12.54.40 AM
http://one-books.blogspot.com/2009/09/pengukuran-beserta-penyampaian-hasil.html
selasa,03 agustus 2010. 12.55.13 AM
http://www.ziddu.com/download/9397676/besaranfisis.pdf.html
selasa,03 agustus 2010. 12.54.50 AM
Taylor,John R.(Jhon
Robert), 1939-
An
Introduction To Eror Analysis/ Jhon R.taylor.-2nd ed.
bagus banget blognya. sangat membantu. trimakasih banyal
BalasHapus