Selasa, 20 Maret 2012

Pengukuran Waktu Geologi



BAB I

PENDAHULUAN


           A.    Latar Belakang Masalah

Secara etimologis geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo yang artinya bumi dan logos yang artinya ilmu. Jadi, geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum, geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi, termasuk komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Karena bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain, batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.

Konsep waktu ditemukan di Edinburgh pada dekade 1770-an oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh James Hutton. Mereka menantang konsep waktu konvensional yang telah ada di sepanjang sejarah hidup manusia, yang menyatakan bahwa unit waktu terukur adalah rentang hidup manusia dan bahwa umur planet bumi hanya 6000 tahunyang dihitung oleh Uskup Ussher berdasarkan kronologi alkitab. Hutton dan kawan-kawan telah mempelajari batuan di sepanjang pesisir Skotlandia dan menyimpulkan bahwa setiap formasi batuan, betapapun tua, adalah hasil erosi dari batuan lain yang jauh lebih tua. Penemuan mereka memperlihatkan bahwa waktu terentang sangat jauh melebihi kemampuan manusia untuk bayangkan. Penemuan tersebut merubah cara pandang manusia terhadap bumi, planet, bintang juga terhadap kehadiran manusia itu sendiri. Sesungguhnya, konsep waktu yang berdasarkan observasi formasi batuan tersebut berakar dari prinsip paling dasar dalam ilmu geologi, yaitu prinsip keseragaman (uniformitarianisme), yang menjadi dasar geologi modern.

Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah bumi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengukuran waktu geologi dengan beberapa prinsip diantaranya waktu relatif, superposisi, fosil dan prinsip potong memotong, dan waktu absolut (mutlak) yang sampai saat ini digunakan.

          B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan waktu geologi?

2.      Bagaimana prinsip proses keseragaman dapat menjelaskan penentuan waktu geologi?

3.      Apa yang dimaksud dengan waktu relatif?

4.      Bagaimana prinsip superposisi dapat menjelaskan penentuan waktu waktu relatif?

5.      Bagaimana fosil dapat membantu ilmuwan dalam menjelaskan peristiwa yang terjadi secara berurutan?

6.      Apa yang dimaksud dengan kolom waktu geologi?

7.      Bagaimana prinsip radioaktivitas digunakan dalam penentuan usia batuan?

8.      Bagaimana penggunaan radioaktif C-14 untuk menentukan usia batuan?

9.      Bagaimana varves digunakan untuk menentukan usia batuan?


            C.    Tujuan

1.      Mendeskripsikan waktu geologi.

2.      Menjelaskan proses prinsip keseragaman.

3.      Menjelaskan waktu relatif.

4.      Menjelaskan prinsip superposisi.

5.      Menjelaskan penetuan urutan kejadian suatu peristiwa menggunakan  fosil.

6.      Menjelaskan kolom waktu geologi.

7.      Menjelakan pemanfaatan radioaktivitas untuk menentukan usia batuan.

8.      Menjelaskan penggunaan C-14 untuk menentukan usia batuan.

9.      Menjelakan pemanfaatan varves untuk mencari usia batuan.



BAB II

KAJIAN TEORI


             A.    Waktu Geologi

1.      Waktu Geologi dan Riwayat Batuan

Berapa lama manusia dapat hidup? Waktu hidup manusia dalam periode satu tahun merupakan waktu yang lama. Selain itu, jika hanya memandang jam, satu menit terasa waktu yang lama. Konsep dalam melihat waktu adalah beberapa hal yang dibandingkan tadi. Perkiraan para ahli geologi Sungai Kolorado membutuhkan waktu sekitar sepuluh juta tahun dalam pembentukan Grand Canyon. Perbandingan dengan waktu sepuluh juta tahun, satu tahun adalah waktu yang sangat pendek dan tidak signifikan.

Jika berpikir tentang kejadian geologi, seperti pembentukan Grand Canyon, para ilmuan menggunakan pembanding waktu untuk sebuah kejadian yakni menggunakan waktu geologiseluruh waktu yang telah dilalui sejak asal mulanya bumi. Ahli geologi memperkirakan waktu geologi sekitar 4,6 milyar tahun. Perbandingan dengan jumlah umur ini, kejadian pembentukan Grand Canyon merupakan waktu yang singkat.

Tidak ada catatan tertulis pada setiap kejadian yang terjadi di seluruh bumpegunungan mengalami peningkatan dan penurunan, lautan memasuki daratan (transgresi) dan kembali lagi, serta magma membentuk gunung api. Bagaimana kejadian-kejadian itu terbentuk telah tercatat di dalam batuan yang berada di kerak bumi. Ahli geologi dapat membacanya dari lapisan batuan, seperti yang tersingkap di Grand Canyon, seperti halnya mereka itu adalah halaman di dalam buku sejarah bumi. Batuan tidak hanya menyediakan fakta fakta apa yang terjadi, tapi juga menyediakan informasi kejadian di setiap tempat.


2.      Prinsip Proses Keseragaman

Dasar dari para ahli geologi untuk menginterpretasikan bumi pada masa lampau sangat sederhana dan merupakan asumsi yang penting. Proses yang terjadi di bumi hari ini sama dengan keseluruhan proses dalam sejarah bumi. Pemikiran ini disebut sebagai prinsip proses keseragaman. Hal ini menyatakan bahwa hukum fisika dan hukum kimia menjelaskan tidak adanya perbedaan peritiwa geologis pada lain waktu. Oleh karena itu, proses dalam pembentukan bumi sampai hari ini masih terjadi walaupun tidak harus tingkatan prosesnya sama dengan sekarang.

Kini, air mengalir membawa material batuan serta tanah yang disebut dengan proses erosi. Prinsip kesamaan proses menyatakan bahwa erosi selalu terjadi karena melibatkan hukum fisika dan kimia di dalam proses erosi. Bagaimanapun tingkatan tenaga dari erosi ini berbeda dengan yang sebelumnya. Contohnya, jika hal ini berada pada area yang kaya akan vegetasi maka proses erosi akan menjadi lemah karena akar tanaman menjadi penopang tanah tetap ditempatnya.


B.     Waktu Relatif

1.      Waktu Relatif: Urutan Peristiwa Geologis Tidak Berpatokan pada Tanggal.

Waktu umur relatif ialah umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau fosil relatif terhadap posisi batuan atau fosil di sekitarnya. Sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, ahli geologi pertama kali mencoba untuk menempatkan peristiwa dalam relatif waktu—urutan peristiwa terjadi tanpa tanggal yang sebenarnya, yang kemudian ahli geologi mengembangkan skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala).

Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.

Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil-fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.


Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International Union of Geological Sciences (IUGS) pada tahun 2004 membagi sejarah bumi ke dalam beberapa interval waktu yang berbeda-beda panjangnya dan terukur dalam satuan tahun kalender. Interval terpanjang adalah Kurun. Setiap Kurun terbagi menjadi beberapa Masa. Setiap Masa terdiri dari beberapa Zaman, dan Zaman terbagi menjadi beberapa Kala.



Rincian dari Kurun, Masa, Zaman, Kaladengan peristiwa yang terjadi dan periode waktu dapat dilihat pada uraian berikut:

a.       Ada tiga Kurun: Arkaikum, Proterozoikum dan Fanerozoikum. Kurun Arkaikum adalah kurun pertama, dimulai sekitar 3.8 milyar hingga 2.5 milyar tahun yang lalu. Kurun sebelum Arkaikum, dikenal sebagai Pra-Arkaikum, ditandai oleh pembentukan planet bumi. Kurun Proterozoikum dimulai sekitar 2.5 milyar tahun yang lalu hingga 542 juta tahun yang lalu. Kurun Arkaikum dan Proterozoikum juga disebut Pra-Kambrium. Kemunculan besar-besaran dari hewan invertebrata menandai akhir dari Proterozoikum dan dimulainya Kurun Fanerozoikum.

b.      Kurun Fanerozoikum dimulai sekitar 542 juta tahun yang lalu dan berlanjut hingga sekarang. Terbagi menjadi tiga Masa: Paleozoikum (542 – 251 juta tahun yang lalu), Mesozoikum (251 – 65 juta tahun yang lalu) dan Kenozoikum (65 juta tahun yang lalu hingga sekarang).

c.       Masa Paleozoikum terbagi menjadi enam Zaman. Dari yang tertua hingga termuda adalah Kambrium (542 – 488 juta tahun yang lalu), Ordovisium (488 – 444  juta tahun yang lalu), Silurium (444 – 416 juta tahun yang lalu), Devonium (416 – 359 juta tahun yang lalu), Karbon (359 – 299 juta tahun yang lalu), dan Permium (299 – 251 juta tahun yang lalu). Masa Paleozoikum diawali dengan kemunculan banyak bentuk kehidupan yang berbeda-beda, yang terawetkan sebagai kumpulan fosil dalam sikuen batuan di seluruh dunia. Masa ini berakhir dengan kepunahan massal lebih dari 90 persen organisme pada akhir Zaman Permium. Penyebab kepunahan pada akhir Permium ini belum diketahui pasti hingga saat ini.

d.      Masa Mesozoikum terbagi menjadi Zaman Trias (251 – 200 juta tahun yang lalu), Zaman Jura (200 – 145 juta tahun yang lalu), dan Zaman Kapur (145 – 65 juta tahun yang lalu). Masa Mesozoikum dimulai dengan kemunculan banyak jenis hewan baru, termasuk dinosaurus dan ammonite, atau cumi-cumi purba. Masa Mesozoikum berakhir dengan kepunahan massal yang memusnahkan sekitar 80 persen organisme saat itu. Kepunahan ini kemungkinan disebabkan oleh tabrakan asteroid ke bumi yang sekarang kawah bekas tabrakan ditemukan di sebelah utara Semenanjung Yucatan, Meksiko.

e.       Masa Kenozoikum terbagi menjadi dua Zaman, Paleogen (65 – 23 juta tahun yang lalu) dan Neogen (mulai dari 23 juta tahun yang lalu hingga sekarang). Zaman Paleogen terdiri dari tiga Kala: Kala Paleosen (65 – 56 juta tahun yang lalu), Kala Eosen (56 – 34 juta tahun yang lalu) dan Oligosen (34 – 23 juta tahun yang lalu). Zaman Neogen terbagi menjadi empat Kala: Kala Miosen (23 – 5.3 juta tahun yang lalu), Pliosen (5.3 – 1.8 juta tahun yang lalu), Pleistosen (1.8 juta – 11,500 tahun yang lalu) dan Holosen (dimulai dari 11,500 tahun yang lalu hingga sekarang). Kala Holosen ditandai oleh penyusutan yang cepat dari benua es di Eropa dan Amerika Utara, kenaikan yang cepat dari muka air laut, perubahan iklim, dan ekspansi kehidupan manusia ke segala penjuru dunia.


2.      Prinsip Superposisi

Ketika sebuah sebuah tas koper dibongkar, dapat diyakini bahwa lapisan paling bawah pakaian itu dimasukkan ke dalam lebih dulu sebelum lapisan pakaian di atasnya. Pengamatan sederhana mirip ke prinsip dasar yang membantu para ilmuwan menentukan urutan peristiwa geologi.

Dalam suatu urutan perlapisan, jika serangkaian lapisan batuan sedimen dalam kondisi normal, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang berada diatas lapisan yang lebih tua. Pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua massa yang berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya”. (Nicolas Steno, 1669).

3.      Fosil dan Prinsip Potong-Memotong

Orang yang mula-mula memperhatikan kehadiran fosil dalam batuan adalah William Smith (1769-1839), seorang peneliti dari Inggris. Ia mencermati singkapan-singkapan batuan yang masih segar pada penggalian tambang, kupasan jalan dan galian parit. Dalam urutan formasi yang terdiri dari selang-seling pada serpihan batu pasir yang sangat mirip, tetapi fosil yang dikandungnya tidak sama. Tiap lapisan serpih mengandung himpunan fosil tersendiri. Kegiatan yang menyamakan fosil dan urutan batuan dinamakan korelasi. Smith mengembangkan suatu metoda dimana dia dapat memprediksi lokasi dan sifat batuan di bawah permukaan. Setelah Smith mengemukakan bahwa himpunan fosil di Inggris berubah secara sistematis dari lapisan yang tua ke lapisan yang muda, maka peneliti-peneliti lain di dunia menjumpai hal yang sama.

Seorang ahli geologi dapat menentukan umur lapisan batuan dalam bentuk umur absolut atau umur relatif. Dalam penentuan umur relatif lapisan batuan, ilmuwan menggunakan tiga prinsip sederhana. Prinsip pertama adalah Hukum Superposisi, yang menyatakan bahwa pada perlapisan batuan yang tidak terganggu, lapisan batuan yang lebih muda akan berada di atas lapisan batuan yang lebih tua. Prinsip kedua adalah Hukum Hubungan Potong-memotong, yang menyatakan bahwa setiap kenampakan batuan atau struktur yang memotong dan mengganggu lapisan batuan selalu lebih muda daripada lapisan batuan yang dipotong tersebut.

Prinsip ketiga, yaitu suksesi fosil, berhubungan dengan fosil yang terekam di dalam batuan sedimen. Pemetaan mendalam di seluruh dunia menunjukkan bahwa batuan yang terbentuk pada interval waktu tertentu mengandung kombinasi fosil yang tertentu pula. Batuan Paleozoikum mengandung fosil trilobita dan graptolit, batuan Mesozoikum mengandung fosil sisa-sisa dinosaurus dan ammonite, batuan Kenozoikum mengandung fosil sisa-sisa tumbuhan bunga dan banyak fosil mamalia. Dengan menggunakan petunjuk kandungan fosil di dalam sikuen batuan, meskipun berbeda letak geografis, ahli paleontologi dapat menyimpulkan bahwa sikuen batuan yang mengandung jenis fosil yang sama kemungkinan juga memiliki umur yang sama. Ketiga metode ini digunakan untuk penentuan umur relatif.


Faunal succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778):  Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya.

Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan digantikan (terlindih) dengan fosil yang ada sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda (karena evolusi). Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi.

Masing-masing dari jaman pada skala waktu geologi tersebut memiliki fosil penciri yang disebut fosil indeks. Ciri-ciri dari fosil indeks tersebut ialah:

a.       Memiliki rentang hidup yang singkat.

b.      Penyebarannya luas.

c.       Tidak memiliki periode hidup yang khusus. Jadi, dapat hidup dalam iklim dan cuaca apapun dalam satu jaman.

Untuk dapat mengidentifikasi lapisan batuan di berbagai tempat yang terpisah, mungkin sangat jauh, apakah terbentuk pada masa yang sama, dapat mempergunakan fosil pada diagram dalam. Apabila tidak dapat dijumpai fosil indeks yang sama, maka dipergunakan kesamaaan himpunan fosil yang terkandung dalam lapisan batuan tersebut.


4.      Kolom Waktu geologi

Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya.



             C.    Waktu Absolut (Mutlak)

1.      Elemen Radioaktif dan Waktu Absolut (Mutlak)

Ketika ilmuwan pertama kali mulai mengenal umur geologi, hanya dapat diketahui apakah batuan itu lebih tua atau lebih muda daripada batuan lain. Hari ini, ahli geologi telah memiliki metode untuk mempelajari usia sebenarnya dari batuan dan mengetahui peristiwa-peristiwa geologis yang disebut dengan waktu absolut (mutlak).  Metode ini paling sering digunakan untuk menghitung usia absolut batuan yang didasarkan pada tingkat peluruhan dari unsur-unsur radioaktif dalam batuan.

Batuan terbuat dari mineral dan mineral terbuat dari atom. Beberapa mineral mengandung bentuk elemen yang dikenal sebagai isotop, yakni berupa atom yang dapat berubah seiring waktu. Isotop ini meluruh dan membentuk unsur-unsur lain atau isotop lain dari unsur yang sama. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk setengah atom dari isotop radioaktif meluruh disebut waktu paruh. Selain itu, dapat diketahui pula paruh isotop tertentu. Untuk menentukan umur absolut dari batuan, para ilmuan mengukur radio isotop lain yang tersisa dalam batuan dengan metode yang disebut perhitungan radiometrik. Unsur-unsur yang meluruh berfungsi sebagai ‘jam’ di dalam batuan, terhitung dari tahun sejak batuan terbentuk. 
Spektrometer massa
 adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat peluruhan isotop radioaktif tertentu. Bahkan, potongan mikroskopis batuan dapat dideteksi secara akurat dengan alat tersebut.

Meskipun terdapat banyak isotop radioaktif, tetapi hanya sedikit yang membantu dalam menetukan umur absolut batuan. Sebuah isotop unsur uranium, uranium-238 (238U), digunakan untuk menentukan umur batuan yang sangat tua. Para ilmuwan telah mengetahui bahwa 4,5 miliar tahun adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari jumlah atom 238U meluruh menjadi isotop timbal, timbal-206 (206Pb). Oleh karena itu, waktu paruh 238U adalah 4,5 milyar tahun. Timbal-206 tidak terbentuk begitu saja. Jika sampel batuan mengandung 206Pb sebanyak 238U, maka setengah 238U harus diubah menjadi bentuk timbal.

Setelah 4,5 miliar tahun, atau satu kali waktu paruhnya, setengah dari 238U yang telah meluruh menjadi 206Pb. Rasio 238U untuk 206Pb adalah 50 : 50. Setelah 9 miliar tahun, atau dua kali waktu paruhnya, setengah dari sisa 238U tersebut meluruh menjadi 206Pb. Rasio 238U untuk 206Pb sekarang 25 : 75. Proses peluruhan tersebut terjadi terus-menerus meskipun ada perubahan tekanan atau suhu di batuan.

Uranium merupakan radioaktif yang digunakan untuk menentukan umur batuan dengan rentang jutaan atau milyaran tahun. Untuk menghitung batuan kurang dari dua juta tahun, yang digunakan adalah kalium-40 (40K). Kalium-40 memiliki waktu paruh 1,3 miliar tahun. Kalium-40 meluruh menjadi argon-40 (40Ar). Beberapa batu pasir mengandung beberapa mineral yang mengandung 40K. Dengan membandingkan jumlah 40K dan 40Ar dalam sampel batuan sedimen, para ilmuwan dapat menentukan umur batuan.


2.      Penentuan Usia Absolut dengan Atom Karbon-14

Karbon merupakan radioaktif yang digunakan untuk menentukan umur absolut batuan yang hidup dari makhluk hidup, seperti kayu, tulang, dan kerang. Karbon-14 (14C) meluruh menjadi nitrogen-14 (14N). Karbon-14 memiliki waktu paruh 5730 tahun, yang berarti bahwa setengah 14C akan meluruh menjadi 14N dalam 5730 tahun.

Semua makhluk hidup membutuhkan karbon selama hidup. Rasio atom 14C untuk isotop karbon lainnya tetap sama selama organisme hidup. Saat makhluk hidup mengalami kematian, 14C mulai meluruh sehingga persentase 14C dalam tubuh makhluk hidup menurun. Dengan membandingkan jumlah atom 14C ke seluruh karbon dalam bahan organik yang telah mati, para ilmuwan dapat menentukan berapa lama suatu organisme hidup.

Dalam kasus lain, ilmuwan menemukan fosil pohon pinus terkubur dalam abu vulkanik. Kemudian, dapat ditentukan persentase 14C dalam fosil pohon menjadi seperempat kalinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tepat dua kali waktu paruh telah berlalu, yang berarti bahwa pohon pinus yang ditanam oleh abu dari letusan gunung berapi 11.460 tahun yang lalu.

Sampel fosil tua usia sekitar 40.000 tahun mengandung 14C sangat sedikit. Untuk itu, metode 14C tidak dapat digunakan sampai saat ini untuk menentukan umur absolut yang lebih dari 40.000 tahun. Akan tetapi, para ilmuwan sekarang dapat menggunakan mesin, yang disebut akselerator partikel untuk membantu menentukan usia fosil yang sangat tua. Dengan menggunakan alat ini, para ilmuwan dapat mengukur secara tepat jumlah atom 14C dalam bahan organik. Fosil setua 70.000 tahun dapat dihitung dengan metode 14C.


3.      Penggunaan Varves dalam Penghitung Waktu

Sedimen yang membeku di musim dingin akan membentuk endapan. Endapan ini yang disebut sebagai varve, yang terdiri dari dua lapisan. Terdapat sebuah lapisan halus, berwarna gelap, berbentuk tanah liat memungkinkan butiran halus untuk menetap karena permukaan air tenang. Di musim panas, lapisan butiran lebih besar, berwarna terang, dan terbentuk partikel-partikel di dalam air akibat arus yang disebabkan oleh angin yang bertiup melintasi permukaan. Setiap tahun dua lapisan tersebut mengendap di danau.

Varve terbentuk dari endapan selama musim panas sampai dengan musim dingin. Masing-masing varve memiliki ketebalan sekitar 4-7 cm tebal yang merupakan endapan yang terbentuk selama sekitar 10 tahun.

Varves merupakan penentu waktu absolut. Akan tetapi, varve hanya menampilkan periode waktu di mana sedimen telah mengalami pengendapan, bukan menetukan usia endapan sedimen di waktu yang akan datang.


BAB III

PENUTUP


Simpulan

1.      Waktu geologi merupakan seluruh waktu yang telah dilalui sejak asal mulanya bumi.

2.      Proses prinsip keseragaman merupakan kesamaan proses yang terjadi di muka bumi dalam sejarah bumi.

3.      Waktu relatif merupakan waktu yang mengacu pada urutan peristiwa terjadi, terlepas dari tanggal yang sebenarnya dari peristiwa tersebut.

4.      Prinsip superposisi menjelaskan bahwa lapisan batuan sedimen yang berada di bawah, dalam kondisi normal (tidak terdeformasi) lebih tua daripada lapisan di atasnya.

5.      Penetuan urutan kejadian suatu peristiwa menggunakan  fosil merupakan pemetaan mendalam di seluruh dunia yang menunjukkan bahwa batuan yang terbentuk pada interval waktu tertentu mengandung kombinasi fosil tertentu pula.

6.      Dua kolom waktu geologi yang dikenal, yaitu Eonzoikum dan Erazoikum.

7.      Atom-atom radioaktif yang dapat digunakan untuk menentukan umur batuan dengan rentang usia tertentu diantaranya adalah uranium-238 (238U) dan kalium-40 (40K).

8.      Penggunaan metode karbon-14 (14C) tidak untuk menentukan umur absolut yang lebih dari 40.000 tahun.

9.      Dalam penentuan waktu absolut, varves hanya menampilkan periode waktu di mana sedimen telah mengalami pengendapan, bukan menetukan usia endapan sedimen di waktu yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA


Marsha Barber & Kelly S. Kissamis. 1990. Earth Science. USA, Glenview, Illinois: Scott, Foresman and Company.

http://kelompok5stratigrafi.wordpress.com/2011/10/29/prinsip-prinsip-dasar-stratigrafi/(diakses pada tanggal 9 Maret 2012)

http://yudi81.wordpress.com/2011/05/07/skala_waktu_geologi/(diakses pada tanggal 9 Maret 2012)


http://iqbalputra.wordpress.com/2008/12/17/umur-geologi/